Di negara Kita masih banyak anak jalanan

1 Komentar

panas matahari yang menyinari bumi sangat panas,di bawah lampu lalu lintas masih bertahan hidup , demi untuk mendapatkan suatu kehidupan karena disanalah tempat mereka dapat menyambung hidup dan disanalah tempat mereka menghabiskan waktu dan hari-hari mereka,tanpa harus memperdulikan pandangan orang lain terhadap dirinya.suatu makna hidup bagi mereka adalah bagaimana cara mendapatkan uang untuk dapat menyambung hidup.Jika kamu-kamu bertanya siapa dia?jawabnya satu yaitu mereka yang semenjak kecil mengenal kehidupan yang keras dan tak pernah mengenyam nikmatnya pendidikan,pakaian bagus,makan dirumah makan dan tidak pernah pergi ke mal bersama keluarganya…yang dilakukannya hanya ngamen dan mengemis.

wajahnya masih  imut persis waktu kita masih kecil dulu dimana orang-orang mencubiti pipi kita,bola  matanya memandang tajam, rambutnya terurai tak terawat,mengenakan baju compang-camping ,dari keadaan fisiknya jauh dari kata sakit namun yang sakit adalah kehidupan mereka yang serba sulit.

Dunia ini kejam,kata-kata yang terucap dari mulut  mereka yang semenjak kecil sudah menjalanianak_jalanan1 kehidupan yang kurang dan bahkan jauh dari kata “layak”.Sepulang dari kuliah,didepan kampus bahkan diareal kampus hampir aku temui anak jalanan yang meminta-minta uang (mengemis) ,sungguh miris sekali,mengapa mereka harus sampai menjalani kehidupan yang seperti itu,aku tidak tahu.Selain itu masih juga ada yang berusia dibawah umur sepuluh tahun harus bekerja keras dibawah lampu lalulintas ditemani dengan matahari yang menyengat dan menghitamkan kulit mereka.

mengapa orang tua dari mereka sampai hati tega memperkerjakan mereka seperti itu,apakah rasa ketidak mampuan sudah menghilang dari semangat mereka,ataukah anak mereka menjadi alat untuk menerima belas kasihan dari orang-orang yang mampu.

padahal undang-undang negara telah menjamin anak jalanan,tapi malah sampai sekarang masih banyak anak jalanan yang terus bekerja menyambung hidup.bukankah mereka seharusnya berada dirumah,bermain,dan belajar?

haruskah mereka seperti itu ?

bagaimana dengan penerus bangsa……?

Tangisan dan bantuan untuk porong

Tinggalkan komentar

01112008087

derai air mata menyelimuti hati yang sedang berkecamuk,penderitaan menghiasi keindahan yang mulai sedikit sirna,ketawaan anak kecil berubah menjadi jeritan,wajah ceria berubah beringas

Sudah lebih dari dua tahun tragedi lumpur lapindo Diporong Sidoarjo belum juga teratasi,saya sangat prihatin melihatnya.tak terbayangkan bagi mereka yang mengalaminya, kehilangan tempat tinggal dan mata pencahariannya yang selama ini memberikan kehidupan baginya.mereka hanya bisa pasrah dan mengharapkan uluran tangan dan kepastian yang tak kunjung datang.tinggal dipenampungan yang pengap dan sempit hanya bisa mereka tahan sampai saat ini.Makan hanya seadanya,karena memang uang sudah tidak mereka punyai,saya makin tidak tahan ketika acara News di TV memberitakan bahwa warga porong yang terkena bencana lumpur merelakan dirinya untuk mengemis dijalanan yang panas demi untuk menyambung hidup.Anak-anak yang dulunya bersekolah harus mengamen diajalanan.

Saya yakin sekali tidak hanya saya saja yang merasakan keprierihatinan atas mereka.tapi juga banyak dari kita yang ikut merasakan keperihatinan atas apa yang terjadi diporong sidoarjo.tapi keperihatinan kita tidak membantu mereka….mereka membutuhkan lebih,selain doa untuk mereka.mari kita membantu mereka walaupun hanya beberapa saja,bagi mereka kepedulian kita adalah anugerah yang tak ternilai.tuhan menciptakan kita untuk salaing melengkapi satu sama lain.

Mereka adalah saudar-saudara kita,kita hidup didunia ini hanya untuk sementara saja,kepedulian atas sesama adalah suatu keharusan untuk saling mengerti dan memahami makna hidup yang sebenarnya.

Saya berdoa bencana lumpur lapindo cepat berhenti……AMIN

dan menghimbau untuk teman-teman semua untuk menolong merka yang sedang kesulitan

3-pabrik_1st_casualty_sm

Banyak cerita
Yang mestinya kau saksikan
Di tanah kering bebatuan

Tubuhku terguncang
Dihempas batu jalanan
Hati tergetar menatap
kering rerumputan

Barangkali di sana
ada jawabnya
Mengapa di tanahku terjadi bencana

Mungkin Tuhan mulai bosan
Melihat tingkah kita
Yang selalu salah dan bangga
dengan dosa-dosa
Atau alam mulai enggan
Bersahabat dengan kita
Coba kita bertanya pada
Rumput yang bergoyang

(Sepenggal lirik lagu “Berita Kepada Kawan” oleh Ebiet G. Ade)